Nasar dan tidak nalar. Budaya Jawa sangat kental mengunggulkan harmoni. Keselarasan. Wegah rame. Alias menghindari konflik. Apakah kungkungan budaya semacam selama ini telah membelenggu hadirnya invensi dan inovasi yang justru berakar dari tindak nasar, suka melenceng dari kaidah, demi hadirnya revolusi dan kebaruan ?
Kita bisa berdiskusi. Termasuk misalnya mengkontraskannya dengan tesis pengarang drama Irlandia, pemenang Hadiah Nobel Sastra, George Bernard Shaw (1856–1950, foto di atas). Ia mengatakan bahwa orang-orang bernalar menyesuaikan dirinya dengan dunia, sementara orang-orang yang tidak nalar bersikukuh agar dunia yang justru menyesuaikan dengan dirinya.
Therefore all progress depends on the unreasonable man, tegas George Bernard Shaw. Menurutnya, oleh karena itu semua kemajuan tergantung kepada mereka-mereka yang tidak punya nalar itu. Alias, mereka yang aeng-aeng, bukan ? Kredo George Bernad Shaw itulah yang melandasi pengguliran Republik Aeng-Aeng sejak tahun 2002.
Sekarang, bersediakah Anda ikut dengan senang hati meloncat masuk ke gerbong republik kami ? Blog ini bercerita tentang interaksi saya, Mayor Haristanto, dengan Anda, dengan mereka, dengan warga Solo yang notabene warga punjering budaya Jawa yang menomorsatukan harmoni.
Saya tunggu selalu peran serta Anda. Terima kasih. Salam Aeng Aeng selalu !
Mayor Haristanto
Ekonomi Atensi,Ekonomi Reputasi
Anda Semua Layak Jadi Bintang. Semua aktivitas pemasaran masa kini harus dieksekusi sebagai sebuah show, alias pertunjukan. Tanpa pendekatan tersebut maka aktivitas pemasaran tidak akan menarik bagi audiens. Bahkan juga tidak menarik untuk menjadi bahan pembicaraan mereka.
Kami di Republik Aeng Aeng mempraktekan semua itu. Dengan misi utama sebagai edukasi, sosial dan kemanusiaan. Walau pun tidak jarang pula kami diminta memberikan masukan sampai aksi guna membantu individu sampai perusahaan melakukan aktivitas kreatif demi meraih reputasi sampai upaya merekatkan hubungan dengan konsumen mereka.
Dalam foto, saya Mayor Haristanto, dikelilingi dengan 12 piagam Rekor MURI. Anda pun mampu pula memperolehnya. Mari kita berbicara bagaimana saya dan Republik Aeng Aeng mampu berkolaborasi untuk membantu sukses Anda.
Silakan kontak saya di Jl. Kolonel Sugiyono 37, Nayu, Solo. Email : republikaengaeng (at) gmail.com. Telepon : +62271855435 (kantor), +62271853944 (telpon /faks, rumah) dan HP : +628122594020
Agenda Aeng Aeng 2002/2008
Melabrak Singapura. Untuk mendukung tim nasional dalam berlaga di Final Piala Tiger 2004/2005 di Stadion Kallang Singapura, Republik Aeng Aeng juga ikut serta berbaur dengan suporter Indonesia lainnya (16/1/2005).
Thomas Pudjo Widiyanto , Kompas, Selasa, 14 Mei 2002 : Secara tidak langsung, festival (Festival Aeng-Aeng di Solo, 12/5/2002) itu mengajak orang berpikir alternatif. “Festival ini sengaja kita gunakan mengajak masyarakat untuk tidak berpikir yang mapan-mapan saja.
Berpikir aeng-aeng adalah berpikir berani, karena tidak dibatasai oleh koridor-koridor baku,” kata Mayor Haristanto pemrakarsa festival ini.
Bambang Haryanto, kolega Mayor Haristanto yang ikut membidani lahirnya festival ini menyatakan, dalam tataran anak, misalnya di SD, seringkali kreativitas yang aeng-aeng ditabukan dengan pemali yang diciptakan oleh guru, sehingga anak tidak bisa mengembangkan pemikirian kreatifnya. “Festival inilah ingin menghilangkan semua…biar sejak kecil mereka terpacu untuk berpikir alternatif,” katanya.
Abduh Imanulhaq, Suara Merdeka, Minggu, 26 Maret 2006 : Mayor Haristanto bukan jin. Tapi dia bisa mengubah hal-hal yang dianggap mustahil menjadi terlihat gampang. Kesanggupan mewujudkan mimpi, lebih tepatnya ide, membedakan pria kelahiran Wonogiri ini dengan orang kebanyakan. Tatkala banyak kalangan masih ragu untuk bertindak, dia telah berada selangkah di depan.
Presiden Republik Aeng Aeng. Itulah jabatan yang disandangnya saat ini. Republik Aeng Aeng disebut Mayor sebagai "negara" bagi ide-ide kreatifnya. Lewat wadah yang didirikannya itu dia terus berkreasi, mewujudkan hal-hal yang mungkin terdengar mustahil.
Imam Subkhan, www.kabarindonesia.com, 20/9/2007 : Untuk mengasah kepedulian dan rasa kemanusiaan siswa sejak usia dini, sekitar 15 anak SD Al Firdaus Solo mengunjungi Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta untuk menjenguk seorang bintang tenis kenamaan Indonesia Wynne Prakusya (foto) yang sedang dirawat karena sakit tipus, Kamis, 20 September 2007.
Sebagai bukti rasa solidaritas terhadap atlet Solo tersebut, anak-anak SD itu membawa buah-buahan dan poster bergambarkan Wynne yang sedang bermain tenis, serta ungkapan, “Wynne, semoga lekas sembuh”. Dikunjungi anak-anak, Wynne merasa surprise dan bahagia, terlihat dari wajahnya yang tersenyum ketika menerima jabat tangan dan ucapan do’a dari anak-anak. Selain siswa-siswi SD Al Firdaus Solo, turut hadir presiden Republik Aeng-Aeng, Mayor Haristanto, selaku mediator.
Komentar dari DR. Widodo Mukti, DR. Yuke Ardhiati dan tokoh terkenal lainnya tentang Mayor Haristanto, silakan Anda klik di sini. Terima kasih.
Mitra Niaga Maju Bersama
Kami Bangga Melayani Anda
Kami nantikan. Kritik, masukan, juga saran Anda, senantiasa berguna dalam mengasah Republik Aeng-Aeng untuk lebih baik dalam melayani, berkreasi dan berinovasi. Silakan tulis di bawah ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar